Rabu, 04 November 2015

Rindu Tak Bertuan



            Dear you,
            Be my imam for my prayers,
            Be my qari and read the qur’an for me,
            Be the one who leads me to Allah,
                        That’s all i’m asking for.
Rindu adalah bentuk cinta terhadap sesuatu yang berjarak dengan diri kita.
Tak ku pungkiri, aku pun pernah merasakannya. Rindu pada teman sekelasku semasa SMP, namanya Farhan. Sering memikirkan tentangnya, bagaimana keadaannya dan pada akhirnya fokus belajar ku terganggu. Hingga aku bertekad untuk menyudahi semua kegalauan ini dan mulai fokus lagi dengan belajarku. Aku pun mulai menyibukkan diri dengan mengikuti kajian-kajian keislaman. Dengan jadwalku yang padat akan berbagai aktivitas membuat ku lupa akan kerinduanku pada sosok Farhan. Terlebih sejak aku mengikuti sebuah forum diskusi ‘Jomblo Mulia’. Dimana para aktivis yang tergabung didalamnya berbagai ilmu bagi para remaja untuk segera meninggalkan cinta yang semu dan kembali kepada Maha Cinta.
Waktu itu, sang motivator atau kang Adnan meyampaikan, “ Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji(pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik(pula)(Qs.An-Nur:26)”.
Dan satu pesan lagi yang selalu ku ingat ialah, “ Kalian tau? Jodoh kita adalah cerminan kita,” ucap kang Adnan saat itu.
Aku tidak ingin pangeran Lauhul Mahfuz ku rindu dengan orang lain selain diriku. Karena itu, aku selalu memegang teguh dua pesan tersebut sampai kini aku menjadi bagian dari forum ‘Jomblo Mulia’.
***
Seperti biasa, selesai acara kami panitia ‘Jomblo Mulia’ melakukan evaluasi kegiatan.
            “Alhamdulillah akhirnya,” ucapku lelah.
Tersenyum, “ Ziya, nanti buka dirumah kak Asya ya?” ajak kak Asya.
            “Boleh, eh . . enggak jadi ah” jawabku.
            “Kenapa ngga jadi?ada acara?” tanya kak Asya ingin tau.
            “Enggak..” sambil tersenyum, “ cuman, takut mengganggu” jelasku.
            “Ya Allah Ziya, a’ Husein nya kan lagi i’tikaf sayang” jawab kak Asya sambil membelai lembut bahuku.
Kak Asya adalah kakak tingkatku semasa SMA hingga saat ini sekaligus sahabat juga sepupu iparku. Ya, kira-kira setengah bulan lalu kak Asya dipersunting kakak sepupuku, a‘ Husein.
            “Siap deh kalau begitu,” jawabku sambil hormat bak seorang polwan.
Kak Asya tersenyum.
Sebelum pulang ke rumah, kak Asya mengajak ku pergi ke alun-alun kota. Setelah lama berkeliling dan mendapatkan beberapa takjil, kami pun duduk-duduk sejenak sembari menghilangkan lelah.
Teringat lagi bayangan-bayangan a’ Husein mengucapkan janji setia pada Abi kak Asya hari itu.
            “Ziya, apa sih yang dilamunin?serius banget!”tanya kak Asya.
Aku pun tersenyum sambil menatap kak Asya, “kak, kakak rindu nggak dengan a’ Husein?”
            “Sekarang sih enggak, kan tadi aa’ sempet telpon kak Asya sebelum ashar,” terdiam, “emang nya kenapa?”.
Tersenyum, “gitu ya kak,” menatap langit sore “ terus gimana caranya kalau kita rindu pada seseorang yang entah dimana dan nggak tau siapa?”tanyaku.
Kak Asya sontak terdiam, “ Kita pulang dulu yuk, sebentar lagi buka. Nanti dirumah kakak kasih tau caranya” ajak nya.
Selesai berbuka puasa, kak Asya berkata padaku, “sekarang Ziya wudhu, terus shalat maghrib. Ziya ngadu deh sama Maha Pengasih.”
Aku pun tersenyum dan lekas mengambil air wudhu. Setelah lega mencurahkan pada Sang Maha Cinta, aku langsung mengambil buku catatanku.
Jodoh pasti bertemu
Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan diamana saat ini.
Untukmu yang jauh disana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada dihatiku namun tak tampak dimataku.
Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.
Hati ini meyakini kau ada, meski entah dibelahan bumi mana.
Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu,disini,disisiku.
Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha mencintaimu dngan cara yang dicintai-Nya.
Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama.
Disanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu J
Aku menatap ke arah jendela dan ku peluk buku catatanku. Kak Asya memperhatikanku dan menghampiriku.
            “ Insya Allah” menatap mataku, tersenyum dan memelukku.
Aku pun tersenyum, “Bismillah, insya Allah” ucapku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar