Dear
you,
Be my imam for my prayers,
Be my qari and read the qur’an for
me,
Be the one who leads me to Allah,
That’s all i’m asking
for.
Rindu adalah bentuk
cinta terhadap sesuatu yang berjarak dengan diri kita.
Tak ku pungkiri, aku
pun pernah merasakannya. Rindu pada teman sekelasku semasa SMP, namanya Farhan.
Sering memikirkan tentangnya, bagaimana keadaannya dan pada akhirnya fokus
belajar ku terganggu. Hingga aku bertekad untuk menyudahi semua kegalauan ini
dan mulai fokus lagi dengan belajarku. Aku pun mulai menyibukkan diri dengan
mengikuti kajian-kajian keislaman. Dengan jadwalku yang padat akan berbagai
aktivitas membuat ku lupa akan kerinduanku pada sosok Farhan. Terlebih sejak
aku mengikuti sebuah forum diskusi ‘Jomblo Mulia’. Dimana para aktivis yang
tergabung didalamnya berbagai ilmu bagi para remaja untuk segera meninggalkan
cinta yang semu dan kembali kepada Maha Cinta.
Waktu itu, sang motivator
atau kang Adnan meyampaikan,
“
Perempuan-perempuan yang keji untuk
laki-laki yang keji(pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk
laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang
baik(pula)(Qs.An-Nur:26)”.
Dan satu pesan lagi
yang selalu ku ingat ialah, “ Kalian tau? Jodoh kita adalah cerminan kita,”
ucap kang Adnan saat itu.
Aku tidak ingin
pangeran Lauhul Mahfuz ku rindu dengan orang lain selain diriku. Karena itu,
aku selalu memegang teguh dua pesan tersebut sampai kini aku menjadi bagian
dari forum ‘Jomblo Mulia’.
***
Seperti biasa, selesai
acara kami panitia ‘Jomblo Mulia’ melakukan evaluasi kegiatan.
“Alhamdulillah akhirnya,” ucapku lelah.
Tersenyum, “ Ziya,
nanti buka dirumah kak Asya ya?” ajak kak Asya.
“Boleh, eh . . enggak jadi ah” jawabku.
“Kenapa ngga jadi?ada acara?” tanya kak Asya ingin tau.
“Enggak..” sambil tersenyum, “ cuman, takut mengganggu”
jelasku.
“Ya Allah Ziya, a’ Husein nya kan lagi i’tikaf sayang”
jawab kak Asya sambil membelai lembut bahuku.
Kak Asya adalah kakak
tingkatku semasa SMA hingga saat ini sekaligus sahabat juga sepupu iparku. Ya,
kira-kira setengah bulan lalu kak Asya dipersunting kakak sepupuku, a‘ Husein.
“Siap deh kalau begitu,” jawabku sambil hormat bak
seorang polwan.
Kak Asya tersenyum.
Sebelum pulang ke
rumah, kak Asya mengajak ku pergi ke alun-alun kota. Setelah lama berkeliling
dan mendapatkan beberapa takjil, kami pun duduk-duduk sejenak sembari
menghilangkan lelah.
Teringat lagi
bayangan-bayangan a’ Husein mengucapkan janji setia pada Abi kak Asya hari itu.
“Ziya, apa sih yang dilamunin?serius banget!”tanya kak
Asya.
Aku pun tersenyum
sambil menatap kak Asya, “kak, kakak rindu nggak dengan a’ Husein?”
“Sekarang sih enggak, kan tadi aa’ sempet telpon kak Asya
sebelum ashar,” terdiam, “emang nya kenapa?”.
Tersenyum, “gitu ya
kak,” menatap langit sore “ terus gimana caranya kalau kita rindu pada
seseorang yang entah dimana dan nggak tau siapa?”tanyaku.
Kak Asya sontak
terdiam, “ Kita pulang dulu yuk, sebentar lagi buka. Nanti dirumah kakak kasih
tau caranya” ajak nya.
Selesai berbuka puasa, kak
Asya berkata padaku, “sekarang Ziya wudhu, terus shalat maghrib. Ziya ngadu deh
sama Maha Pengasih.”
Aku pun tersenyum dan lekas
mengambil air wudhu. Setelah lega mencurahkan pada Sang Maha Cinta, aku
langsung mengambil buku catatanku.
Jodoh pasti bertemu
Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah
siapa dan diamana saat ini.
Untukmu yang jauh disana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena
kau ada dihatiku namun tak tampak dimataku.
Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin
menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.
Hati ini meyakini kau ada, meski entah dibelahan bumi mana.
Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku
denganmu,disini,disisiku.
Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha
mencintaimu dngan cara yang dicintai-Nya.
Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah
melihat langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama.
Disanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu J
Aku menatap ke arah
jendela dan ku peluk buku catatanku. Kak Asya memperhatikanku dan
menghampiriku.
“ Insya Allah” menatap mataku, tersenyum dan memelukku.
Aku pun tersenyum,
“Bismillah, insya Allah” ucapku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar